Jakarta, Pria dikenal memiliki gairah dan kemampuan seks lebih tinggi dibandingkan wanita. Namun hal tersebut mungkin tak lagi berlaku jika pria mengalami disfungsi ereksi (DE). Untuk menjaga hubungan tetap sehat, sebagai istri apa yang sebaiknya dilakukan jika suami didiagnosis mengidap DE?
DE sendiri merupakan kondisi ketidakmampuan pria untuk memulai atau mempertahankan ereksi. Kondisi ini berakibat pada tidak adanya kepuasan saat bercinta. Menurut Dr Rupin Shah, seorang androlog di Lilavati Hospital, Mumbai, hampir semua pria pernah mengalami kegagalan ereksi dalam hidup mereka. Namun ketika kondisi tersebut terjadi sebanyak 5 kali atau lebih selama periode 1 bulan, maka harus segera diperiksakan ke dokter.
Psikolog mengatakan, DE merupakan sebuah kondisi yang menakutkan bagi seorang pria. Hal ini terkait dengan munculnya kecemasan dan rasa malu. Ketidakmampuan untuk ereksi seringkali juga mempengaruhi citra diri mereka, terutama dalam kehidupan seksualnya.
Kondisi ini terasa semakin buruk ketika istri mencoba menyelesaikan dengan mengajaknya berbicara. Mengapa? Kebanyakan pria melihat DE sebagai masalah 'teknis' sementara wanita memandangnya sebagai masalah hubungan. Pria merasa lebih nyaman dengan menghindarinya, sementara wanita justru sangat ingin membicarakannya. Secara bertahap, kondisi ini bahkan bisa memburuk jika tak segera diatasi.
"Pada dasarnya pria tidak komunikatif. Sudah ada penelitian yang menunjukkan fakta bahwa otak kiri pria lebih dominan, sehingga mereka tidak terbiasa mendiskusikan perasaan yang dialaminya, terutama dalam urusan seksual. Ketika masalah seperti DE muncul, hal tersebut menjadi topik yang 'menyakitkan' bagi pria," ungkap seorang psikoterapis, Hvovi Bhagwagar, seperti dilansir iDiva, Jumat (13/12/2013).
Sementara itu, Sallie Foley, direktur dari University of Michigan Sexual Health Certificate program (UMSHC), mengatakan bahwa menggunakan lingerie seksi dan berusaha menggodanya tak banyak membantu. Hal-hal semacam ini justru akan menempatkan lebih banyak tekanan pada pria.
Setelah didiagnosis, cara yang paling efektif untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan tidak membesar-besarkannya. Seorang psikolog klinis, Varkha Chulani, mengungkapkan bahwa semakin sedikit wanita memperlihatkan 'ketakutannya' akan diagnosis tersebut, maka akan semakin baik akan bagi dirinya dan pasangan. "Seorang wanita harus menjadi sekutu bagi suaminya. Cobalah untuk membantu mengurangi tekanan dan kecemasan yang dialami suami terkait kondisi mentalnya," lanjutnya.
Langkah berikutnya adalah mencari tahu akar penyebab munculnya DE, kemudian cobalah untuk mencari pengobatan. Sementara pengobatan terus berjalan, perhatikan juga bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan suami. Berbisik kata-kata manis seperti 'Jangan khawatir, ini bukan masalah besar' tidak akan efektif. Sebab bagi suami, ini merupakan masalah besar.
Sebaiknya hindari juga memaksa suami untuk mendiskusikan masalah ini, cobalah tempatkan suami dalam kondisi yang nyaman di sisi Anda. Lebih penting lagi, yakinkan bahwa Anda akan selalu mendukung dan menerima kondisi suami. "Jika pasangan memiliki hubungan dan rasa saling percaya yang kuat, maka secara bertahap mereka bisa melalui permasalahan tersebut," tegas Chulani.
SMUBER :health.detik.com
DE sendiri merupakan kondisi ketidakmampuan pria untuk memulai atau mempertahankan ereksi. Kondisi ini berakibat pada tidak adanya kepuasan saat bercinta. Menurut Dr Rupin Shah, seorang androlog di Lilavati Hospital, Mumbai, hampir semua pria pernah mengalami kegagalan ereksi dalam hidup mereka. Namun ketika kondisi tersebut terjadi sebanyak 5 kali atau lebih selama periode 1 bulan, maka harus segera diperiksakan ke dokter.
Psikolog mengatakan, DE merupakan sebuah kondisi yang menakutkan bagi seorang pria. Hal ini terkait dengan munculnya kecemasan dan rasa malu. Ketidakmampuan untuk ereksi seringkali juga mempengaruhi citra diri mereka, terutama dalam kehidupan seksualnya.
Kondisi ini terasa semakin buruk ketika istri mencoba menyelesaikan dengan mengajaknya berbicara. Mengapa? Kebanyakan pria melihat DE sebagai masalah 'teknis' sementara wanita memandangnya sebagai masalah hubungan. Pria merasa lebih nyaman dengan menghindarinya, sementara wanita justru sangat ingin membicarakannya. Secara bertahap, kondisi ini bahkan bisa memburuk jika tak segera diatasi.
"Pada dasarnya pria tidak komunikatif. Sudah ada penelitian yang menunjukkan fakta bahwa otak kiri pria lebih dominan, sehingga mereka tidak terbiasa mendiskusikan perasaan yang dialaminya, terutama dalam urusan seksual. Ketika masalah seperti DE muncul, hal tersebut menjadi topik yang 'menyakitkan' bagi pria," ungkap seorang psikoterapis, Hvovi Bhagwagar, seperti dilansir iDiva, Jumat (13/12/2013).
Sementara itu, Sallie Foley, direktur dari University of Michigan Sexual Health Certificate program (UMSHC), mengatakan bahwa menggunakan lingerie seksi dan berusaha menggodanya tak banyak membantu. Hal-hal semacam ini justru akan menempatkan lebih banyak tekanan pada pria.
Setelah didiagnosis, cara yang paling efektif untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan tidak membesar-besarkannya. Seorang psikolog klinis, Varkha Chulani, mengungkapkan bahwa semakin sedikit wanita memperlihatkan 'ketakutannya' akan diagnosis tersebut, maka akan semakin baik akan bagi dirinya dan pasangan. "Seorang wanita harus menjadi sekutu bagi suaminya. Cobalah untuk membantu mengurangi tekanan dan kecemasan yang dialami suami terkait kondisi mentalnya," lanjutnya.
Langkah berikutnya adalah mencari tahu akar penyebab munculnya DE, kemudian cobalah untuk mencari pengobatan. Sementara pengobatan terus berjalan, perhatikan juga bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan suami. Berbisik kata-kata manis seperti 'Jangan khawatir, ini bukan masalah besar' tidak akan efektif. Sebab bagi suami, ini merupakan masalah besar.
Sebaiknya hindari juga memaksa suami untuk mendiskusikan masalah ini, cobalah tempatkan suami dalam kondisi yang nyaman di sisi Anda. Lebih penting lagi, yakinkan bahwa Anda akan selalu mendukung dan menerima kondisi suami. "Jika pasangan memiliki hubungan dan rasa saling percaya yang kuat, maka secara bertahap mereka bisa melalui permasalahan tersebut," tegas Chulani.
SMUBER :health.detik.com